Teriak aku pada pelangi,
Inginkah kau berkasih samaku,
Pelangi memalingkan muka,
Lalu pergi tinggalku terkebil-kebil.
Bisik aku pada awan,
Inginkah kau bercanda denganku?
Awan menangis, berdentum petir,
Aku kaku.
Bisik aku pada sang sepat,
Inginkah kau bermesra denganku,
Sang sepat melompat dan tenggelam tidak timbul-timbul,
Aku bingung.
Mula musykil.
Siapa denganku tika hujan emas?
Siapa denganku tika hujan batu?
Sepi tanggung sendiri.
Itu prinsip dunia globalisasi.
Tiada siapa ingatkanku tentang mati,
Mereka hanya buka mata dan berjoli.
Sampai suatu saat nanti,
Jangan sampai maruahmu diinjak dikaki,
Tika itu kuman hina dusta pun tidak peduli.
Aku disini sebagai teman pengganti,
Mengingatkanmu tentang puisi tragedi,
Takkan terungkap dek kerna halusinasi,
Takkan berubah dek hidup penuh hasad dengki.
Wahai sang siulan yang aku kasihi,
Kasihku bawalah sampai ke mati,
Aku sayang kau dari hujung rambut sampai hujung kaki,
Cuma tuhan tahu isi hati insan hina ini.
No comments:
Post a Comment